Minggu, 07 April 2013
KISAH DEWATA NAWASANGA I
Ampuni hamba Hyang Widhi,Para Leluhur saat hamba menuliskan kembali kisah ini,serta menyebut Nama Suci Tuhan dan para Leluhur,hamba yang tidak pantas karena penuh dosa ini terhindar dari kutuk dan neraka.
kisah ini saya tulis kembali setelah saya sadur dari tulisan Jro Mangku Pasek Mukti Murwo Kuncoro,berdasarkan penuturan langsung dari Pinisepuh Agung Yudistira yang adalah keturunan Arya Kenceng
Tegeh Kori atau keturunan langsung dari sejarah Raja-Raja Majapahit.
Beliau berasal dari Jero Agung Pengastulan,seririt,Buleleng.
Ida Bhatara Lingsir Hyang Pasupati atau Acintya atau Hyang Tunggal serta sebutan Hyang Widhi yang lainnya,dikenal
juga dengan Ardhanareswari atau Ciwa Budha atau Dwi Tunggal.
Dari Dwi Tunggal kemudian tercipta "Tri Murti", yaitu :
Hyang Gni Jaya ( Brahma ), Dewi Danu ( Wisnu ), Ida Putranjaya ( Ciwa ).
Tri Murti adalah leluhur manusia Bali (mengingat Tri Murti ini berstana dibali )dari Tri Murti kemudian berkembang kehidupan manusia dibali oleh karena Hyang Gnijaya yang berstana diLempuyang Luhur menurunkan Panca Tirtha atau Panca Dewata,yaitu :
- Mpu Gnijaya
- Mpu Semeru
- Mpu Ghana
- Mpu Kuturan
- Mpu Bradah
Salah satu dari keturunan Mpu Bradah yang melanjutkan konsep Ciwa-Budha yang telah di gubah dan diciptakan oleh Mpu Kuturan adalah " Ida Pedanda Sakti Wau Rauh atau Dhang Hyang Niratha" yang kemudian menyusun konsep " DEWATA NAWASANGA " yaitu :
- Wisnu : Penguasa arah utara berstana di Pura Batur
- Sambhu : Penguasa arah timur laut berstana diPura Besakih
- Iswara : Penguasa arah timur berstana diPura Lempuyang
- Maheswara : Penguasa arah tenggara berstana diPura Goa Lawah
- Brahma : Penguasa arah selatan berstana diPura Andakasa
- Rudra : Penguasa arah barat daya berstana diPura Uluwatu
- Mahadewa : Penguasa arah barat berstana diPura Batukaru
- Sangkara : Penguasa arah barat laut berstana diPura Puncak Mangu
- Siwa : Penguasa arah tengah berstana diPura Besakih
Konsep Dewata Nawasanga ini adalah merupakan konsep pemujaan yang tertinggi dalam tatanan atau prilaku persembahyangan pada kehidupan sehari-hari tetapi konsep ini hanya diarahkan secara umum atau bersifat alam sekala dalam hal menjalani kehidupan disegala bidang kemasyarakatan,pergaulan,pencapaian kekayaan,kemakmuran. serta semua yang berhubungan dengan keduniawian.Keselarasan kehidupan yang bersifat sekala /nyata dalam kehidupan manusia.
Bersambung di Kisah Dalem....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar